·
Riwayat Pendiri CICM
Pendiri
CICM adalah Pastor Theophile Verbist. Theophile Verbis lahir di Antewerpen,
Belgia pada 12 Juni 1823. Ia memiliki saudara kembar bernama Edmond. Ayahnya
yang bernama Guillaume adalah seorang pegawai kantor yang kemudian beralih
profesi menjadi seorang banker yang
sukses. Sedangkan ibunya, Catherine Troch adalah seorang ibu rumah tangga yang
berhati mulia dalam mengasuh anak-anaknya. Ibunya, memiliki latar belakang penghayatan
agama yang dalam. Hal ini terlihat dalam perhatiannya kepada anak-anaknya dalam
mendidik mereka di bidang pendidikan maupun dalam bidang kerohanian.
Ketika
berusia tujuh tahun, Verbis dan Edmond masuk ke sekolah Jesuit di Antewerpen.
Setelah menyelesaikan pendidikan di tempat tersebut, mereka berdua masuk ke seminari
menengah di Mechlin pada 1830. Tahun 1842, Verbist tetap bertekun dalam
panggilannya, meski Edmond melanjutkan pendidikannya di bidang hukum.
Verbist
ditahbiskan menjadi seorang imam diosesan pada 18 September 1847 oleh Kardinal
Streckx, di Katedral Mechlin. Setelah ditahbiskan, beliau ditugaskan di Seminari
Menengah Mechlin sebagai pembimbing disiplin (prefek). Pada 1853, beliau
diangkat menjadi pastor militer di Akademi Militer Brussel. Hal buruk di sana
yang perlu diubah adalah mentalitas acuh tak acuh terhadap apa saja yang berbau
agama dan sangatlah anti-klerikal (anti terhadap segala kekuasaan dan wewenang
para pejabat Gereja). Dua tahun berikutnya, tepatnya pada 1855, Theophile
Verbist diangkat sebagai pembimbing rohani para suster Notra Dame de Namur. Sebagai bapak pengakuan, beiau melatih dan
membimbing para suster dalam menghayati kehidupan spiritualnya, yaitu
penghampaan diri dalam pengorbanan dan cinta kepada Allah dan Bunda Maria.
Pada
1859, Pastor Theophile Verbist mulai mengenal perkumpulan kanak-kanak Ysus. Ia
merasa sangat tertarik dengan perkumpulan itu dan akhirnya bekerja di situ.
Pada saat yang sama, karya kepausan juga mulai berkembang subur di Belgia. Ia
pun kemudian mengambil inisiatif untuk bekerja sama dan menhalin relasi dengan
pimpinan karya kepausan. Pada 1860, beliau diangkat menjadi direktur karya
kepausan untuk seluruh Belgia. Sebagai direktur karya kepausan, ia mengetahui banyak
hal tentang kebutuhan dan keperluan misi. Hal ini memotivasi Pastor Theophile
Verbist untuk membaktikan diri bagi pewartaan kabar gembira dan karya-karya di
tanah misi.
·
Berdirinya Tarekat CICM
Pada
1662 didirikan konggregasi untuk Penyebaran Iman dengan maksud untuk memusatkan
penginjilan di Roma dan melepaskan keterikatan Gereja pada polemik politik
antara pemerintah Portugis dan Spanyol yang membagi dunia menjadi dua wilayah
kekuasaan. Pada abad ke 19 Roma berhasil mengkoordinasikan tenaga-tenaga baru
dengan semangat yang baru untuk memwartakan Injil ke seluruh dunia. Akibat dari
itu, muncullah banyak tarekat baru dalam Gereja Katolik yang kebanyakan
mengabdikan diri pada karya misi.
Di
Cina Termaktub Perjanjian Tientsin (1858) dan Perjanjian Peking (1860) antara
pemerintah Inggris dan Perancis dengan pemerintah Cina menjamin kebebasan
beragama di seluruh negeri Cina. Hal ini merupakan suatu kesempatan emas Gereja
untuk memulai karyanya di negeri tersebut. Pastor Theophile Verbist mempunyai
keinginan untuk mengabdikan dirinya bagi pewartaan Kabar Gembira di tanah misi.
Mendengar kabar tersebut, Pastor Theophile Verbist mengarahkan perhatiannya ke
Cina untuk melaksanakan karya misi di sana. Rencana awalnya adalah mencari
rekan-rekan yang mau bergabung untuk berkarya di tanah misi. Ia bermaksud
mendirikan sebuah rumah yatim piatu di salah satu kota pelabuhan di Cina dan
mendirikan sebuah lembaga imam-imam diosesan untuk menjamin kelangsungan
karyanya di kemudian hari. Namun hal tersebut tidak disetujui oleh Roma, karena
Roma hanya mempercayakan semua karya misi kepada Konggregasi Religius atau
sebuah lembaga misionaris. Dari faktor tersebutlah yang kemudian mendorong
Pastor TheophileVerbist dalam rencana pendirian suatu konggregasi misionaris religius
di Cina.
Selain
menuntut untuk bergabung dengan salah satu Konggregasi Religius, Roma juga
menuntut jumlah anggota minimal yang menjamin kelangsungan karya misi di Cina
dan sumber-sumber finansial yang mendukung karya tersbut. Pastor Theophile
Verbist mengajak rekan-rekannya untuk menjalankan misi di tanah Cina. Orang
yang pertama bergabung dengan Pastor Theophile Verbist adalah Pastor Alois Van
Segvelt, teman akrab Pastor Theophile Verbist yang mengajar di Seminari
Menengah Mechlin, kemudian Pastor Remi Verlinden dan Pastor Frans Vranckx. Pada
28 November 1862, Kardinal Sterckx, mengesahkan statuta yang menandai secara resmi lahirnya Konggrgasi CICM, dengan
Pastor Tehophile Verbist sebagai Superior Generalnya. Pada 25Agustus 1865,
Pastor Theophile Verbist, Pastor Alios Van Segvelt, Pastor FrankVranckx, Pastor
F. Hamer, dan seorang awam bernama Paul Splingard meninggalkan Belgia dan
menuju Mongolia, daerah misi pertama. Sedangkan, Pastor Remi Verlinden dan
Pastor Jaak Bax (orang yang bergabung belakangan) tinggal di Belgia untuk
menjamin kelanjutan konggregasi muda ini.
·
Karya Misi di Daratan Cina
Sebelum
CICM tiba di Cina, sudah ada konggregasi-konggregasi lain yaitu Jesuit,
Fransiskan, Lasarist, dan The Foreign
Missions in Asia. Sebagian tugas lasarist sudah diambiol alih oleh CICM
seiring berjalannya waktu. Tantangan yang dihadapi oleh Pastor Theophile Verbist
adalah lingkungan yang baru, medan yang berat, situasi politik yang tidak
menentu dan bahasa yang sulit serta iklim yang sangat tidak bersahabat. Tiga
masalah yang harus dihadaou dalam tahun-tahun awal misi CICM di daratan Cina,
tepatnya di Mongolia yaitu asset-aset tarekat CM harus diganti oleh Pastor
Theophile Verbist, kerjasama dan komunikasi yang kurang baik dengan Konggregasi
CM serta masalah para seminaris yang lebih banyak ingin bergabung dengan
Konggregasi CM daripada menjadi imam diosesan. Mereka menjadikan semua itu sebagai
motivasi untuk mewujudkan kembali apa yang mereka cita-citakan sebelum
menginjakkan kaki di daratan Cina.
Pastor
Theophile Verbist memulai karya misinya di Cina dengan melakukan hal-hal yang
sederhana. Ia berkunjung ke desa-desa sambil merayakan Ekaristi bersama umat
Katolik yang ada di sana. Ia juga memberikan pelayanan sakramen. Beliau
mendedikasikan seluruh hidupnya bagi karya misi dengan menghayati dua hal yang
utama, yaitu mengembangkan hidup doa/ rohani dan memaknai secara mendalam
kehidupan misionernya dalam pelayanan yang total kepada seluruh umat. Hal itulah
yang membuat ia bahagia dengan seluruh karya msisinya. Dalam usia 44 tahun,
Pastor Theophile Verbist wafat. Ia wafat pada hari Minggu, 23 Februari 1868, di
Louhukou karena terserang penyakit typhus.
.
·
Spriritualitas CICM
Pastor
Theophile Verbist menjadikan Bunda Maria sebagai teladan hidupnya, terutama
dalam menghadapi setiap kesulitan dan tantangan yang berat. Sikap yang
diteladani dari Bunda Maria adalah penyerahan diri yang total kepada kehendak
Allah. Spiritualitas kerendahan hati dan penyerahan diri secara total kepada
Allah juga menjadi spiritualitas CICM dengan menekankan semangat sehati-sejiwa
(Cor Unum Et Anima Una). Kebersamaan
dalam semangat sehati-sejiwa ini memiliki makna yaitu untuk mempererat tali
persaudaraan antara semua pribadi.
·
Karya
di Indonesia
Di wilayah
misi Makasar, CICM. memulai kegiatan misinya dari daerah Toraja dengan
membangun sekolah guru dan gereja-gereja sederhana (1939) kemudian dilanjutkan
dengan pembangunan di kota Makasar sendiri. Setidaknya, sekarang CICM masih
bekerja di 11 paroki di Keuskupan Agung Makasar. Karya pelayanan CICM. juga
dilaksanakan di Jakarta, dan kepada mereka dipercayakan Paroki Kristus Salvator
(Slipi-Petamburan), Paroki Santa Bernadet (Ciledug), Paroki Santo Thomas Rasul
(Bojong Indah). Selain itu, mereka juga melakukan pelayanan di STFT Abepura,
Keuskupan Jayapura.
·
Sekilas Sejarah
Proses pembinaan bagi para calon misionaris
religius, imam, dan bruder CICM di Indonesia sudah dirintis sejak tahun
1970-an. Pada 1 Juli 1979 dua orang calon, Yaitu Felix Lengkong dan Marcel
Tandiallo berangkat ke Angin Mamiri Jogyakarta kemudian menuju ke Jakarta.
Kemudian pada 5 Agustus 1980 kedua calon ini mengambil studi filsafat di STF
Driyarkara Jakarta. Mareka berdomisili di Jl.Percetakan 34, Perumahan Cempaka
Putih Indah, Rawasari-Jakarta. P.Ludo Reekmans menjadi formator mereka. Pada
tanggal 1 Juni 1981 Felix berangkat ke Filipina untuk menjalani masa Novisiat.
Namun, Marcel meninggalkan terekat CICM pada tanggal 15 Maret 1981. Empat bulan
berselang, tepatnya pada 15 Juli 1981 P.Jerome Pattyn memulai masa pembinaan
Pra-novisiat di Malino-Makassar dengan beranggotakan 6 orang calon. Memasuki satu
tahun berikutnya, pada 1 Februari 1982 Provinsial CICM, P.Michel Mingneau, CICM
secara resmi membuka Masa Pembinaan Novisiat yang berlokasi di Wisma Kare, Makassar.
Hal ini dilakukan sesuai dengan surat resmi dari Roma yang berisikan dekrit
tentang pendirian Novisiat untuk Provinsi Indonesia. Dengan adanya Novisiat itu
maka P.Jerome Pattyn, CICM ditunjuk sebagai Novice
Master. P.Rob Suykens, CICM yang saat itu masih bertugas di P.Muna ditunjuk
sebagai socius. Keenam novis ini
mengikrarkan kaul pertamanya di Kare pada 2 Februari 1983. Selanjutnya untuk
pendidikan filsafat dan teologi semuanya diarahkan ke Filipina sesuai dengan
visi dan misi CICM. Pada 19 Maret 1985 Masa Pra-novisiat dan Novisiat
dipindahkan ke Jl.Biring Romang 19 KM 13, Daya-Makassar. Misa pemberkatan
Novisiat yang baru dipimpin oleh Superior Jenderal CICM P.Paul van Daelen,
CICM.
Seiring berjalannya waktu, banyak calon yang
tertarik menjadi CICM. Pertambahan jumlah yang cukup besar merupakan suatu
keuntungan bagi panggilan CICM di Indonesia. Namun, pengiriman para frater
untuk belajar di luar negeri dengan biaya yang cukup besar bukanlah suatu hal
yang mudah. Setelah persetujuan dengan Dewan Jeneral di Roma sejak 1995
pendidikan filsafat dan teologi bagi para calon CICM Indonesia dijalankan di
STF Driyarkara Jakarta. Kenyataan ini menjadi awal lahirnya Komunitas
Skolastikat Sang Tunas yang kini dikenal SST.
·
Tanah
Misi CICM
Dewasa ini, Konggregasi Hati Suci St. Perawan Maria (CICM)
bertugas di beberapa tanah misi di berbagai Negara. Para misionaris ini
bertugas terlebih dalam pelayanannya kepada umat-umat Katolik yang miskin di
daerah terpencil. Di Indonesia, mereka bertugas di Makassar, Jayapura, Jakarta
dan di beberapa daerah. Tidak hanya di Indonesia, CICM bertugas pula di
berbagai Negara, yaitu Hongkong, Singapura, Jepang, Taiwan, Mongolia, Filipina,
Republik Kongo, Kamerun, Senengal Zambia, Guatamela, Haiti, Brazil, Meksiko,
Belanda, Belgia, Amerika Serikat, Perancis, Italia dan Afrika Selatan.
Comments
Post a Comment