KISAH CINTA SEMINARIS

 “Cinta berarti bukan saling memandang. Melainkan bersama-sama memandang ke arah yang sama.” –Antonio de Saint Exupery-

1 .Definisi cinta
            Mendengar kata cinta, apa yang terbesit dalam benak kita? Rata-rata tentang relasi yang lebih antar lawan jenis, baik itu sebagai pacar, tunangan, bahkan pasangan suami-istri. Tak jarang pula, beberapa pihak mendeskripsikan tentang cinta dari kacamata yang berbeda. Hal ini dapat dilihat secara konkret melalui akun-akun di jejaring sosial yang mengutarakan tentang cinta melalui pemikiran pemilik akun tersebut. Dalam ajaran agama Katolik, Yesus mengajarkan umat-Nya untuk mengasihi Allah dan sesama (bdk. Mat 22:34-40). Ada beberapa jenis-jenis cinta yang dalam dewasa ini kurang disadari atau mungkin kurang dipahami oleh masyarakat.



2. Jenis-jenis cinta                                                                                                           
            Ternyata, cinta tidak hanya menyangkut relasi pasangan antar jenis. Dalam buku yang berjudul “Jatuh Cinta” yang ditulis oleh E. Tzer Wong, memaparkan tentang jenis-jenis cinta:
  • Stergo
Merasa tertarik secara spontan atau mau melindungi, seperti rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan seseorang; misalnya kasih sayang antar anggota keluarga.




# SEMINARIS STELLA MARIS BOGOR ANGKATAN 60#
#HOMINES, AMATE FRATREM TUUM!#

  • Eros
Daya tarik jasmani atau seksual yang ditimbulkan secara emosional; cinta jenis ini mudah berubah menjadi egois.
  • Phileo
Menyayangi secara murni, yang berdasar pada hubungan saling melengkapi dan saling mengisi antara dua orang sahabat yang baik.
  • Agape
Bentuk cinta tanpa syarat yang akhirnya berasal dari Tuhan; kasih berani berkorban, bahkan mengorbankan diri seluruhnya tanpa mengharapkan balasan; seluruh hati dan jiwa dicurahkan kepada orang yang dikasihi.
Istilah-istilah ini diambil dari perbendaharaan kata Bahasa Yunani yang melukiskan arti cinta. Lantas, termasuk yang manakah cintamu?


3. Masa Muda; Masa jatuh cinta
            Dewasa ini kita dapat melihat hampir setiap hari di jalan raya, pusat perbelanjaan, rumah makan dan sebagainya, pasangan muda berjalan dengan mesra. Dipengaruhi oleh arus globalisasi, sebutan sayang kepada sang kekasih juga bervariasi, sebutan “baby”, “honey”, “sweety” dan sebagainya tak asing lagi di telinga kita.
            Remaja pasti akan mengalami masa pubertas. Masa dimana seorang pribadi mulai merasa tertarik dengan lawan jenis mereka. Akan timbul suatu perbedaan dari sikap dan perilaku yang sangat signifikan. Contohnya dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. Sebelum memasuki masa pubertas, seorang anak tampil apa adanya. Namun ketika memasuki masa pubertas, remaja akan tampil “lebih” dari yang biasanya. Hal ini adalah hal yang wajar bagi remaja karena itu merupakan proses biologis, yang nanti pada akhirnya akan berhenti dan mulai memasuki tahap dewasa. Masa muda adalah masa yang indah karena pada masa inilah manusia banyak mengalami pengalaman lau mereka akan belajar untuk menjadi seorang yang lebih baik di masa mendatang. Selain diisi dengan pengalaman, masa muda seringkali diisi dengan kisah cinta yang biasa disebut cinta monyet.
 “PDKT → Jadian → Mesra → Renggang → Putus → Musuh”
            Gambaran diatas banyak terjadi di zaman ini. Proses ini dapat disebut sebagai “siklus cinta kaum muda kekanak-kanakan.” Masa muda memiliki pikiran dan pribadi yang dewasa, bukan kekanak-kanakan yang mementingkan egonya sendiri.


7BC 2013-2014
#SEMINARIS STELLA MARIS KELAS 7BC #
~2013-2014~




3. Seminaris Jatuh Cinta?
            “Seminaris-kan termasuk kaum muda, bagaimana jika mereka jatuh cinta” tanya seseorang kepada saya. Pada faktanya, tidaklah jarang saya melihat seminaris jatuh cinta. Hal yang patut disyukuri, karena seminaris masih dalam status normal. Menjadi sesuatu yang luar biasa, apabila seminaris menyukai sesama jenis. Dalam kacamata saya, tujuan seminaris jatuh cinta adalah untuk meningkatkan semangat panggilan dalam menjalani hidup di seminari. Para seminaris seringkali menganalogikan wanita seperti bunga mawar di tepi jurang. Bunga mawar yang begitu menggugah hati untuk diambil dan disimpan, namun resikonya sangat berbahaya. Ada dua pilihan, yaitu mengagumi dari jauh atau mengambilnya lalu terjerumus. Kisah cinta seminaris pada umumnya adalah hanya mengagumi, tak bisa memiliki.


4. Jatuh Cinta Pada Panggilan
            Jika seminaris merasa tertarik kepada wanita, hendaknya ia meninjau ulang akan keberadaan dirinya di tempat ini. Di mana pada awalnya seminaris jatuh cinta pada panggilan Tuhan yang untuk dijadikan penjala manusia. Pada dasarnya, panggilan sudah ada di dalam diri manusia, dan yang menjadi pertanyaan adalah : “Sanggupkah kita menanggapi panggilan Allah tersebut?”. Tidak jarang pula saya mendengar ungkapan para seminaris, yaitu “Wanita itu memang cantik, tapi yang membuat mereka itu lebih indah dan anggun”. Adanya keinginan untuk bersatu dengan Allah dapat dilihat dari beberapa bukti kongkret yang terjadi dalam hidup di seminari. Kasih cinta Tuhan yang tanpa batas dan tanpa syarat yang menjadi alasan yang “Fundamental” bagi para seminaris untuk tetap gigih berjuang.


5. Berani Menanggapi Cinta Tuhan
            “Manusia memang dapat mengecewakan manusia, tetapi Tuhan tidak dapat mengecewakan manusia” adalah ucapan dari salah satu pastor yang sempat berkotbah dan sharing di salah satu radio swasta. Kata-kata itu kian menyelubungi saya dan seringkali menjadi bahan permenungan saya selama ini.
            “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudara laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak, atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat 19:29)
            Cinta manusia ada batasnya, yaitu umur manusia itu sendiri, sedangkan cinta Tuhan tidak terbatas. Cinta Tuhan berawal dari kisah penciptaan, di mana manusi diciptakan paling terakhir demi kesejahteraan manusia awal (bdk. Kej 1:1-31). Tidak ada rasa kekhawatiran akan apapun yang menyelubungi manusia awal karena segala sesuatunya sudah tersedia sejak awalnya.
            Selain Tuhan Maha Kasih, Tuhan juga tidak pernah ingkar janji. Dalam kitab suci kita dapat melihat bagaimana Allah berjanji kepada Nuh (bdk. Kej 9:1-17). Oleh karena itu, sebagai kaum muda yang berani tampil beda, para seminaris lebih memilih jatuh cinta pada panggilan dan jatuh cinta pada Tuhan, sang Maha Cinta.


6. Sebutan Sayang Seminaris
            Tak mau kalah dengan kaum muda, saya juga memiliki sebutan sayang yang sama dengan kaum muda, namun memiliki arti yang berbeda.
SAYANG       : SAat Yesus datANG.
DARLING     : DARi Lubuk hati INGin bertanya.
BABY             : Bisakah Aku Bantu Yesus?.
SWEETY       : Saat Waktu Engkau didERA, Tunjukan ya Yesus karena…
HONEY         : Hanya Oleh Nama Engkau, Yesus…
DEAR            : Dosa bErat kami, Anakmu, siRna.
            Akan menjadi sebuah makna yang indah apabila dibaca secara keseluruhan. Inilah kisah cinta seminaris yang agung dan mulia, berbeda dengan kisah cinta anak muda pada umumnya yang semu dan temporer.


Yohanes Adrian Winarso (7C)
*Proggressive 2013-2014

Comments